- Jumat, 11 Mei 2018
Masih terniang akan goresan pena yang terukir dilembaran kertas waktu ku kecil.
Goresan sebuah cita-cita yang tak tahu mengapa diriku memilih menggoreskan kata itu.
Ya "Guru" itu yang tertulis dilembaran kertas.
Semakin bertambah umur, cita-cita itu tak lagi menjadi primadona di hidupku.
Aku lupa, tak terbesit lagi keinginan hal itu.
Hingga seketika, suatu keadaan yang memaksaku untuk terjun.
Terjun untuk meningkatkan kualitas lembaga.
Hanya itu tujuan,
Diriku mulai berbaur, sungguh ku kecewa.
Kecewa kenapa tak dari dahulu aku menyadari bahwa menjadi guru itu hal yang indah.
Walau finasial yang tak seberapa, ku kagum.
Ku jalani profesi itu bersama ibu.
Ibu yang mengajariku banyak hal.
Andai semua tau, mengajar terutama anak usia dini bukan hal mudah.
Engkau harus menjadi bagian mereka tanpa mengurangi wibawamu.
Mendidik mereka ibarat melukis dikertas kosong. Putih bersih itulah mereka. Perubahan drastis, itu kulakuan
Andai semua tahu betapa pemalu diriku, hingga bertemu tanpa sapa saja membuat jantungku berdetak, kehabisan kata untuk berbicara walau hanya sepatah.
Berdiam diri, tak berani menyampaikan pendapat, itulah diriku dahulu.
Hingga saat nya, jika diriku tetap dalam keadaan seperti itu kan membuatku diam dalam gelap nya hidup.
Kemampuan ekonomi keluarga tak sebanding dengan mereka yang bergelimang harta dan tahta, tapi ketulusan berbagi keluarga menandingi semua.
Kesederhaan mengajarkan ku untuk maju bersama bukan hanya untuk diriku tapi penerusku.
Kuliah kerja nyata menambah pengalamanku, pengalaman untuk tetap bersyukur dan berusaha.
40 hari di desa orang tak mengenal siapapun.
Namun teriakan anak kecil memanggil jelas ingin mengenal.
Sebuah masjid di dekat pinggiran sungai menjadi tempat ku bertemu dengan mereka.
Belajar banyak dari kesederhaan mereka.
Tanpa tuntutan mereka antusias belajar bersama. Walau pengalaman yang ku punya masih sedikit, tapi ku ingin pengalaman yang pernah ku dapat dapat tersalurkan.
Sore itu habis azan Ashar berkumandang, bergegas lah menuju masjid, terlihat anak-anak ramai menanti dengan mengengam buku serta pensil ditangan. Raut senang mereka pancarkan. Belajar dan bernyanyi bersama. Sungguh hal yang indah. Hingga seketika datang seorang anak perempuan dan berkata "ayuk mirip samo ayuk aku, rainyo terus galak senyum, yuk ajari kami yuk les". Mereka butuh orang yang mendidik dengan ikhlas, dengan keterbatasan ekonomi mereka masih antusias belajar. Kangumku sekali lagi ketika azan subuh berkumandang terdengar suara kecil memanggil dari luar. Kau tahu ya anak perempuan sendiri dengan mukena ditangannya mengajak shalat. Sungguh berani ia setiap subuh pergi ke masjid dengan jalan yang gelap, bersama ibunya namun ibunya harus pergi bekerja subuh itu. Anak sekecil itu anak sd melakukan hal indah. Sungguh kagumku didikan dari orang tua yang hebat. Bersyukurlah mereka dengan keterbatasannya mampu untuk berusaha, kita yang diberi sedikit rezeki haruslah bersyukur, kita bisa les tanpa harus bekerja, kita bisa pergi kemanapun yang kita mau, mengeluarkan pundi pundi uang dengan percuma. Tapi mereka sungguh luar biasa. Mereka penerus yang harus didik dengan sebaiknya. Didik lah anak dengan sebaiknya ajarkan mereka hal yang baik, kesopanan, rasa bersyukur, keikhlasan. Hingga nantinya kita bangga ketika kelak ajaran yang kita berikan berguna dengan baik bagi mereka. Sukseslah nakππ
Gerakan Nasional Orang Tua Membacakan Buku (GERNAS BAKU)
- Sabtu, 05 Mei 2018
Ayah... Ibu...
Anakmu bangga padamu
Lelah letihmu tak engkau hiraukan
kalian datang dengan senyuman
duduk disampingku dengan buku yang berbeda setiap malamnya.
buku dengan penuh warna yang engkau bacakan.
Hingga diriku tertawa lepas bahkan menangis karena mendengar ceritamu.
Hingga ku mampu bermimpi dan berani mewujudkannya.
Ayah.. Ibu
anakmu sayang padamu
engkau menunda waktumu untuk tak mengengam handphonemu,
engkau menunda untuk bercanda tawa dengan teman,
engkau menunda semua pekerjaanmu,
hanya untuk membacakan aku buku setiap malamnya hingga diriku terlelap.
Ayah.. Ibu..
anakmu bersyukur mempunyai kalian.
tak lagi merasa kesepian karena setiap harinya engkau tak lupa membacakan aku buku.
Kan kusimpan semua ceritamu dalam memori ingatanku karena ku suka semua cerita yang engkau bacakan.
Terima kasih Ayah Ibu, karena kalian aku berani bermimpi.
Karya : Bunda Nurul Saniah Alsoyuna
GERNAS BAKU atau Gerakan Nasional orang Tua Membacakan Buku.
Ayo bacakan anak buku. Hal yang dihiraukan oleh orangtua. Tak perlu lama hanya beberapa menit kita luangkan waktu untuk mereka. Tumbuhkan minat baca mereka. Bacakan mereka buku, biarkan mereka berimajinasi jangan batasi imajinasi mereka. Bacakan semua cerita bernilai positif hingga mereka mampu dan berani nantinya mencapai cita-citanya. Hingga mereka mampu mengenggam dunia. Betapa bangga kita sebagai orang tua jikalau nantinya anak kita berhasil menanamkan apa yang kita berikan tanpa harus membuat jarak antara orangtua dan anak.
Langganan:
Postingan (Atom)